Saya pikir kusta sudah tidak ada lho. Tetapi siapa sangka, Indonesia menempati peringkat 3 besar berdasar jumlah penderita kusta terbanyak. Fyi nih, tepat pada tanggal 31 Januari mendatang akan diperingati sebagai Hari Kusta Sedunia.
Kemarin saya mengikuti sebuah live YouTube yang diadakan oleh KBR dan komunitas 1Minggu1Cerita.
Di sana hadir 2 narasumber yang memiliki kaitan langsung dengan penyakit menular ini. Simak deh kisah mengharu biru bapak Al Qadri selaku penyintas kusta sekaligus Wakil Ketua Perhimpunan Mandiri Kusta Nasional dalam melawan diskriminasi dari masyarakat karena kusta. Serta dr. Astri Ferdiana, Technical Advisor NLR Indonesia tentang perjuangan beliau meningkatkan kesadaran masyarakat akan keberadaan kusta.
Fakta Mengenai Kusta : Ciri, Cara Menular dan Pencegahan Kusta
Kusta juga memiliki nama lain yaitu lepra. Kusta disebabkan oleh bakteri bernama Mycrobacterium leprae. Kusta dapat menyebabkan kulit penderitanya mati rasa. Jika tidak ditangani secara tepat bahkan penyakit ini bisa menyebabkan kerusakan organ. Di tengah pemaparan materi terkait kusta, tiba-tiba saya jadi ingat salah satu pelajaran di zaman masih SD dahulu. Yaitu gambar penderita kusta yang mengalami jari hilang tanpa ia sadari.
Adapun gejala kusta antara lain, timbul bercak asimetris berwarna merah atau putih di atas permukaan kulit. Bercak tidak gatal maupun bersisik. Penderita justru mengalami mati rasa di daerah yang terinfeksi.
Fakta lain mengenai kusta, meskipun merupakan salah satu jenis penyakit menular, namun kusta sebenarnya sulit menular lho. Nah, gimana ini?
Jadi kusta membutuhkan waktu yang panjang sampai bisa menginfeksi yaitu sekitar 2 hingga 5 tahun. Menurut data hanya 2% saja yang bisa tertular, itupun kelompok dengan kekebalan tubuh rendah.
Kusta tidak menular melalui sentuhan, tidak ditularkan dari ibu hamil kepada janinnya. Kusta bahkan tidak menular melalui hubungan seksual.
Kusta menular melalui percikan dahak atau doplet dari penderita kepada orang lain, bisa menginfeksi lagi-lagi tergantung kekebalan tubuh yang dimiliki.
Selain antar manusia, kusta juga dapat ditularkan dari hewan, contohnya dari simpanse.
Lalu bagaimana jika dalam satu rumah terdapat anak kecil dengan orang yang menderita kusta? Seperti yang kita ketahui, imun anak kecil kan masih lemah ya!
Teman-teman tak usah cemas. Untuk pencegahan sudah ada obat yang cukup diminum sekali kok, dengan dosis yang akan disesuaikan untuk anak-anak, anak di atas 15 tahun atau orang dewasa.
Tolak Stigmanya, Bukan Orangnya : Sepenggal Kisah Pilu Mantan Penderita Kusta
Narasumber Ruang Publik KBR dalam rangka memperingati Hari Kusta Sedunia |
Pak Qadri mengalami kusta saat beliau berusia 6 tahun, tepatnya saat masuk SD. Akibat dari kusta yang dideritanya, pak Al Qadri mengalami banyak diskriminasi, bahkan ada orang tua yang melarang anaknya main bersama karena takut tertular.
Rasa takut mungkin wajar ya, terlebih pada masa itu pengobatan penyakit kusta belum bisa diakses dengan mudah. Namun tentu nggak bisa dibenarkan juga, again meskipun dapat menular namun kusta sulit ditularkan.
Puncak diskriminasi terjadi ketika kepala sekolah menemui orang tua pak Al Qadri dan pada intinya melarang beliau bersekolah. Hwaaa, nyesek ya?
Lalu bagaimana ceritanya pak Qadri bisa sembuh? Jadi pada tahun 1989, ada seorang mantan penderita kusta yang mengetahui keadaan pak Qadri.
Akhirnya orang tersebut membawa pak Qadri berobat. Alhamdulillah sembuh deh. Meski tak dapat dipungkiri, keparahan penyakit kusta yang dialami pak Al Qadri sangat disayangkan karena sudah menyebabkan kerusakan organ.
Tak ingin ada banyak lagi yang mengalami kejadian serupa, pak Qadri begitu gencar melakukan kampanye terkait edukasi kusta. Meningkatkan kesadaran masyarakat serta memupuk harga diri penderita agar semangat berobat.
Terlebih pengobatan kusta membutuhkan waktu lama, jadi ya memang sebagai sesama manusia kita harus memberi dukungan, bukan menjauhi atau malah melakukan diskriminasi.
Berdasar keterangan pak Qadri, ada banyak kisah penderita kusta yang mengalami diskriminasi, bahkan ada lho orang tua yang menolak lamaran seorang pemuda akibat pemuda tersebut mengalami kusta.
Pemaparan mengenai fakta kusta oleh narasumber. |
Dalam live YouTube, pak Qadri memaparkan, salah satu harapan beliau ialah kesadaran masyarakat akan penyakit kusta harus ditingkatkan agar semakin banyak penderita yang sembuh sehingga jangan sampai ada yang mengalami kerusakan organ seperti dirinya.
Kalau penyakit lain bisa menyebabkan kematian, nah si kusta ini lebih kepada menimbulkan kerusakan, seperti tulang hidung rusak, jari terlepas, kaki dan tangan terlepas, yang pastinya menyebabkan disabilitas.
Contoh nyata pak Qadri ambil dari istrinya yang harus menjalani amputasi kaki akibat kusta. Kalau sudah begitu, orang tersebut akan mengalami penurunan kualitas hidup selama sisa hidupnya bukan?
Ini lho yang sangat pak Qadri harapkan tidak terjadi lagi.
Kemudian narasumber kedua yaitu dr. Astri Ferdiana yang membahas jauh mengenai kusta dari sisi medis, antara lain ciri, penyebab hingga pengobatan, seperti yang telah disebutkan sebelumnya.
Ibu dr. Astri Ferdiana juga berharap Indonesia dapat segera mencapai 0 kasus kusta, targetnya sih tahun 2030 mengingat upaya peningkatan kesadaran masyarakat akan penyakit kusta sudah sangat lama digalakan. Kini pengobatan kusta pun semakin mudah sehingga seharusnya tidak ada lagi yang harus menderita kusta.
Sebuah quotes dari pak Al Qadri yang begitu saya ingat ialah :
Agar tidak ada lagi orang (sakit kusta) yang mengalami kerusakan organ. Orang sakit (kemudian) mati selesai (urusan), tetapi penderita kusta yang mengalami kerusakan organ (karena tidak segera diobati) akan menjadi disabilitas selama sisa hidupnya.
Yuk songsong Indonesia bebas kusta. Pada semua yang harus mengalami kusta, mari kita dukung dan hindari diskriminasi.