Ibu Super Ibu Bahagia

Saya yang dulu pernah dengan bangga mengatakan, “Menjadi ibu boro-boro mau mandi 2x sehari, pipis aja sampai digedor, ditunggui depan pintu.”
Sekian lama hal ‘semacam’ itu terjadi. Pemikiran wajar apabila seorang ibu memang bisa dimaklumi kalau jam sepuluh pagi belum mandi. Wajar apabila ibu meninggalkan hobi karena mengalah untuk anak. Wajar apabila ibu nggak sekolah lagi karena tengah repot mengurus anak. Wajar apabila ibu di rumah dan tidak sempat ‘hangout’ karena bersama anak. Selalu on bersama anak padahal kram di dalam perut karena menstruasi begitu mencekam dan menganggap salah apabila bobo-bobo sebentar di kasur.
Kayak perawan!

Hal tersebut memang wajar tetapi dalam porsi yang wajar pula. Hehehe..

Karena ibu bukanlah wonder woman. 😂😂😂
Saya jadi ingat kalau pernah mendengar, bahwa perempuan membutuhkan 4 macam waktu supaya ia tetap waras.

Saya mendengarnya dari ustadz kalau nggak keliru,

1. Waktu bersama dirinya /me time

2. Waktu bersama pasangannya /couple time

3. Waktu bersama keluarga/family time

4. Waktu bersama teman-temannya/ social time

Dan hasil dari saya nggak mandi secara rutin, bikin saya berulang kali malah mengatakan, ‘Pingin balik kerja. Di rumah jenuh!’
Padahal mau momong di rumah nemenin anak pun ya kemauan sendiri hahaha.
Mengingat saya adalah tipikal orang yang mudah ngamuk ketika badan gerah apalagi setelah ngoprek di dapur, kepala gatal udah seminggu nggak sempat keramas, lalu mendapat tambahan jerawat di muka.
Hah!
Oya kalau keinginan untuk balik kerja sampai detik ini jujur masih saya cita-citakan tapi berdasar pertimbangan satu dan lain hal maka saya pending dulu.
Saya bukan tipe ibu ideal. Saya galak. Saya suka nggak sabar.
Karena itu saya setuju bahwa di dunia ini kita tidak bisa menyamakan sosok ideal seorang ibu. Ibu harus begini. Ibu harus begitu.
Karena kita berbeda. Kita membutuhkan support system yang berbeda juga.
That’s why, ada ibu yang tetap kerja agar tetap waras. Ada ibu yang memilih nggak kerja karena kerja bikin dia capek lalu imbasnya ke anak.
Tapi btw, saya bukan tipe yang terakhir sebenarnya. Saya memutuskan full di rumah karena memiliki story. Jiahahaaa..
***

“Apa yang saya rindukan dari bekerja?” pertanyaan yang secara nggak sadar kapan munculnya tiba-tiba hinggap.
Ternyata bukan hanya tentang transferan gaji setiap bulan, saya rindu bertemu teman-teman, saya rindu mandi setiap pagi, dandan pagi-pagi atau setidaknya terlihat fresh, saya rindu aktualisasi diri dan yang paling saya rindukan adalah perasaan puas terhadap diri sendiri karena berhasil menyelesaikan sesuatu.
Kemudian saya ubah aturan mainnya. Saya di rumah bukan karena jenuh mengurus anak semata tapi ternyata saya melupakan hal-hal yang membuat saya bahagia dan parahnya menganggap ‘mindset‘ tersebut adalah lumrah.
Sadar ada yang salah, ternyata nggak semudah yang dibayangkan untuk mengubahnya.
Ya contohnya, saya sadar kalau selama ini suka bangun kesiangan, bangun kalau anak udah bangun alias dibangunin anak.
Bayangin ya hidup tanpa asisten otomatis ya mengerjakan segalanya sendiri. Bantuan seperti dititipin mertua atau minta jagain ponakan datang secara terbatas.
Melihat sekeliling masih berantakan, cucian segunung, belum ada makanan.  Suami masih tidur. Anak ngelendot.
Saya laper anak pun laper. Dan bayi ga bisa nunggu kan?
Oke, solusinya ya bangun lebih pagi, beresin semua. Anak bangun semua sudah rapi.
So, saya terapkan aturan, bangun jam berapa target apa yang harus dicapai.

Target saya setiap hari, jam 9 pagi semua sudah beres. Dari urusan domestik, perut sampai diri sendiri wangi.

Mengubah kebiasaan memang sulit tetapi bukan tidak mungkin. Kita hanya butuh sedikit trik untuk mengakalinya. 

Well, ternyata hari ku menjadi lebih tentram hahaha.



Alhamdulillah.

Kritik saya terhadap diri sendiri, sebenarnya saya cuma nggak becus atur waktu. Banyak waktu yang terbuang percuma untuk hal tidak penting, menuruti kekepoan ndag jelas di layar ponsel misalnya.
Saya nggak mendeklarasikan diri sebagai ibu super tapi menurut saya ibu super itu pasti ibu yang bahagia. Ibu bahagia otomatis ibu super. Karena apabila ibu happy, happy juga seluruh penghuni rumah.
Betapa super bukan? 😂
Catatan untuk diri saya, memiliki anak dan pasangan seharusnya membuat kita lebih bahagia, kalau sebaliknya berarti ada yang keliru.

Leave a Comment