Kita Hanya Perlu Berjuang : Sebuah Pengalaman yang Mengingatkanku Pada Kisah Nabi Ismail

Pengalaman menghadapi batuk pada anak, mengingatkanku pada kisah nabi Ismail bersama sang ibu menemukan air zamzam.

Anak sakit, orang tua mana yang tidak sedih. Makin mellow karena berkali-kali anak menderita sakit yang sama. Sejenak merasa gagal menjadi ibu. Enggak lebay kan, rasanya sedih sekali ketika kita sudah seolah mengupayakan berbagai cara tapi hasilnya tetap nihil.
Sampai terkuras habis dana darurat yang sempat dikumpulkan.
Merasa sia-sia saat kita sudah jor-joran tetapi hasilnya nggak ada karena pikiran kita terfokus pada target yang kita buat?
Perasaan ini kadang muncul tapi memang benar kata pepatah, ‘ibu mana sih yang nggak rela berkorban. Jangankan ‘cuma’ harta, nyawa saja rela dipertaruhkan demi anak.’ 
Di sini aku menguatkan keputusanku dengan kalimat :

“Lebih baik aku kehilangan uang tanpa menghasilkan apa-apa dibanding tidak kehilangan apa-apa karena tidak melakukan apa-apa.”
Mungkin terdengar keterlaluan, mosok anak tidak lebih berharga daripada harta, tapi untuk orang-orang tertentu yang mesti bla bla bla untuk mendapatkan uang, berada di posisi ini sungguh challenging sekali. Hehe. Apalagi saat mendengar komentar mematahkan dari orang sekitar, ‘Udah keluar duit banyak nggak sembuh-sembuh juga!’ 
Kalimat ini kembali menguatkanku :
 ‘Tidak apa-apa kehilangan uang tanpa menghasilkan apa-apa dari pada enggak kehilangan apa-apa karena kita enggak melakukan apa-apa. Yah setidaknya kita sudah berjuang. Soal hasil ada yang lebih berkuasa menentukan.’

Beberapa usaha untuk mengusir batuk anak

Ada beberapa cara yang aku lakukan, 
  • Menggunakan Ramuan Herbal
Yaitu membeli jamu racikan yang terbuat dari aneka rimpang. Selain membeli jamu, di rumah aku juga merebus aneka rimpang yang dipercaya dapat mengatasi batuk. Atau menghaluskan kencur dan meminumkan airnya.
Cara ini aku pilih untuk meminimalisir masuknya obat kimia dokter.
  • Menyediakan Aneka Suplemen
Mendadak aku stok suplemen anak, diantaranya vitamin dan madu.
  • Periksa ke Dokter Anak
Aku menjelajah hampir semua dokter spesialis anak di tempat tinggalku. Bahkan aku sampai berkonsultasi ke dokter di rumah sakit khusus paru yang ada di luar kota.
  • Pijat di Fisioterapis
Yap, pijat adalah usaha yang berulang kali aku upayakan. Dari nenek-nenek tukang pijat bayi hasil rekomendasi orang tua hingga tempat fisioterapi modern.
Kami juga sempat membawanya ke pantai ketika hari masih gelap. Entah mitos atau fakta, sakit batuk katanya bisa sembuh dengan menghirup udara segar pantai.
Semua upaya ini memberikan hasil tapi sayangnya hanya sementara. Batuk anakku terus saja muncul, seminggu sembuh seminggu kambuh.
Semakin membuat galau karena perjuangan menambah berat badan anak harus gagal karena dirinya yang keseringan batuk.
  • Berdoa
Tak usah diceritakan detail ya.
Sampai pada akhirnya aku menemukan kesimpulan dari hasil mengamati ritme batuk anak selama ini. 
Apa anakku mudah batuk karena paparan angin malam? Dia paling nggak suka tidur pakai selimut.
Ruangan kamar tanpa AC di rumah dilengkapi fentilasi udara. Kalau malam, semilir angin berebut masuk melaluinya. Semakin malam angin yang berembus semakin dingiiin, apalagi rumahku ada di kampung. 
Batuknya juga selalu kambuh setiap dia ngompol dan nggak nggak aku ketahui hingga keesokan paginya. 
Karena menyelimutinya adalah hal yang sia-sia akhirnya aku pakai cara lain. Dia aku wajibkan selalu pakai kaos dan celana panjang setiap tidur. 
Selain itu aku juga mencoba cara tradisional warisan turun temurun, yaitu mengoleskan bawang merah parut dan minyak kayu putih di sekujur tubuhnya, terutama bagian telapak kaki, sepanjang kaki, perut dan punggung. Ramuan ini bisa menghangatkan badannya.
Resep yang juga menjadi andalan sejak ia bayi setiap suhu tubuhnya naik.
Takjubnya, sejak rutin mengoleskan parutan bawang merah plus kayu putih, batuk yang diderita anakku berangsur mereda. Batuk sekali dua kali tidak separah sebelumnya. Terharu 😭😭😭
Kadang jalan keluar dari masalah kita ada di sekitar kita ya. Tapi kita harus berjuang dulu sebelum menemukannya. Kalau diingat-ingat, beragam cara sudah aku lakukan, tapi siapa yang mengira obatnya sesimpel bawang merah di dapur?
Menyesal? Sama sekali tidak! Justru aku merasa bahagia karena berhasil memilih berkorban untuk anak dibanding mempertahankan materi.
So, untuk yang sedang punya problem yang dirasa berat, tidak usah patah semangat. Setiap perjuangan pasti akan memberikan hasil. Keep fighting, keep praying 🙂 
Pengalaman ini mengingatkanku pada kisah ibu nabi Ismail yang harus kelelahan bolak-balik naik turun bukit mencari mata air untuk minum. Setelah 7 kali, justru mata air keluar dari dekat tempatnya berdiri. Masya Allah ya.
Yap, Allah hanya ingin melihat usaha kita 🙂

Leave a Comment