Manfaat Blogging bagi IRT yang Saya Rasakan

Berawal dari Surat Cinta

Sebenarnya saya tidak pernah menyukai kegiatan menulis. Justru kerap dibuat uring-uringan saat ujian bahasa karena di dalam soalnya pasti terdapat tugas mengarang.
Saat SD, sengaja saya menulis tugas mengarang dengan huruf dalam ukuran besar agar lembar jawaban milik saya cepat penuh. Hahaha.
Hingga akhirnya ada sebuah peristiwa terjadi โšกโšกโšก๐Ÿ˜….

Saya mendapat semacam tantangan menulis uneg-uneg untuk artis idola.

Ya, berasal dari surat cinta-lah saya seolah dipaksa larut dalam kalimat demi kalimat.

Sejak saat itu saya mengganti label kegiatan menulis dari sesuatu yang membosankan menjadi kegiatan yang bikin kecanduan.

Sebuah Intermezo

Pada kenyataannya meskipun saya sempat menyukai kegiatan menulis tapi kesibukan membuat saya melupakannya.
Menulis bukan lagi sebuah prioritas seiring dengan hadirnya prioritas-prioritas lain yang membutuhkan hasil nyata, uang.
Alloh Maha Baik, ketika saya tidak terlalu memikirkan pernikahan justru jodoh dikirimkan-Nya untuk saya.
Setelah menikah saya semakin merasa diberi kelapangan olehNya, salah satunya dalam hal keuangan.

Suami bekerja, saya memiliki penghasilan sendiri yang Alhamdulillah cukup untuk sekedar foya-foya makan enak.

Foya-foya ala kami : makan mi ayam hehehe.. Saya pinjam gambar di sini

Ditambah belum memiliki kebutuhan mendesak seperti biaya pendidikan anak maupun yang lain.
Setelah empat bulan menikah, saya positif hamil. 
Akhirnya saya memilih keluar dari pekerjaan setelah memiliki anak. Salah satu alasannya karena pekerjaan yang saya sayangi tersebut sayangnya memiliki jam kerja yang tidak IRT friendly.
Dalam perjalanannya saya tidak menyesali keputusan saya memilih resign. Tapi kadang saya merasakan ‘takjub’ dengan perubahan yang belum pernah saya rasakan.
Bukan sekedar sumber yang tinggal satu dengan kebutuhan yang semakin bertambah, yang mau tak mau membuat saya harus ngerem untuk membeli toner dalam ukuran full size, tapi dari segi kegiatan pun berubah drastis menjadi monoton.
Mandi pagi jarang apalagi jalan-jalan menghirup udara segar wangi khas kertas laporan hehe..
Dari masa-masa transisi tersebut saya mendapat banyak sekali pelajaran. Karena bosan pada rutinitas rumah tangga, saya mencari ‘hiburan’ yang mampu memenuhi rasa haus saya.
Haus merasa sibuk. Haus merasa produktif. Haus merasa diakui. Haus merasa tertantang. Dan terutama haus memiliki perasaan puas pada diri sendiri karena berhasil menyelesaikan pekerjaan.

Makemak rindu eksistensi.
Kemudian saya nge-blog. Impian lama yang sempat tenggelam. 
Eh, tepat 1 Oktober 2018 pagi saya diingatkan oleh Facebook bahwa 6 tahun lalu pernah menulis sebuah status di beranda,

Manfaat blogging yang saya rasakan,

1. Menghargai hal sekecil apapun

Kegiatan blogging membuat saya menghargai hal-hal yang dulunya saya hamburkan.
Contohnya, sekarang saya lebih menghargai waktu. Semasa gadis, saya kelewat santai. Serba tak berambisi untuk mendapatkan prestasi. 
Setelah memiliki anak dimana waktu saya otomatis terasa habis, sementara saya tetap pingin eksis dengan rutin menyetor blog post otomatis ini membuat saya berfikir kreatif bagaimana seharusnya memanfaatkan waktu, misalkan saat anak tidur siang atau pergi main bersama bapaknya.


2. Daripada nunggu mending cari celah biar mampu

Dulu saya termasuk orang yang pasrah dengan keadaan.
Nggak bisa melakukan sebuah hal ya sudah menyerah. 
Sekarang saya menyesal, karena kurang menghabiskan masa single dengan banyak hal yang susah dilakukan ketika sudah memiliki pengawal (dibaca anak) seperti yang saya rasakan kini.
Saya hobi menghabiskan waktu di rumah padahal saya sadar betul kegiatan di luar rumah yang lebih saya butuhkan karena banyak hal mendewasakan yang terjadi di luar sana.
Sekarang, selama mampu pasti hayuk aja!

Bersama teman satu jaringan di car free day

Saya ngumpet bersama anak saya yang nangis karena bangun tidur tidak menemukan ibunya. Orangtua saya nyusul nganterin anak saya, fiuhh.

3. Belajar dari memanfaatkan yang ada

Sebenarnya ilmu ini saya contek dari bupati saya. Yang saya anut dari beliau adalah bagaimana beliau mengajarkan untuk lebih mencintai apa yang kita miliki. Berkembang dengan itu tanpa berpikir kalau sukses itu harus memiliki hal yg muluk-muluk.

Sependek yang saya tahu event blog di Jogja tak semeriah kota besar lain, sebut saja seperti di Jakarta atau Bandung.

Di Jogja masih jarang ada event semacam itu. Yang isinya launching produk, jepret sana jepret sini, mencoba ini itu, menulis liputan lalu diunggah di blog.

Duh, di Jogja aja jarang apalagi kota kecil semacam Kulonprogo yaa nggak?

“Blog ki opo to? Blog itu apa sih?” mungkin pertanyaan ini yang justru lebih populer.

Punya anak kecil itu rempong. Membuat kurang leluasa kalau ingin bepergian.

Tapi pak bupati mengajarkan, jangan lihat kemilau orang. Kembangkan apa yang kamu punya.

Baca curhatan saya tentang tips menyapih yang saya dapat dari pengalaman pribadi di sini.

Baca juga ulasan tentang produk kosmetik yang sehari-hari saya gunakan di sini.

Tentang wisata waduk di daerah saya, Kulonprogo, DIY.

Mengapa saya memilih blogging? 

Selain merasakan 3 manfaatnya secara langsung di atas, blogging membuat saya never stop learning.
Sesuatu yang menurut saya adalah modal pokok untuk menjadi orang tua.
Karena nge-blog membuat saya merasa lebih baik, dengan segala bentuk perubahan yang ia tuntut.
Harapan saya tidak jauh-jauh dari uneg-uneg saya, semoga event blogging bisa lebih merata tidak hanya di kota-kota besar.

Semoga semakin banyak wadah untuk menjaga semangat nge-blog blogger daerah tetap menyala. ^^

*artikel ini murni curahan hati berdasarkan kondisi dan tidak bermaksud menyinggung pihak mana pun

0 thoughts on “Manfaat Blogging bagi IRT yang Saya Rasakan”

Leave a Comment