Tips Menyapih Happy Ending

Senang deh! Hari pertama putus nenen berlangsung damai. Anak kooperatif sekali. Makasih sayang!

*Haha nggak tahu lah nanti malam, biasanya kalau malam kan minta nenen. Akankah drama? 😲

Btw untuk sampai ke sana nggak instan sih. Yaa semua berproses.

Ihh jadi gatel pingin cerita.

Karena banyak teman saya yang baru hamil untuk pertama kalinya, baru punya anak belum masuk masa sapih bahkan ada yang baru saja menikah. Siapa tahu berguna. Hehe.

Dan kalau lihat senior dekat rumah, saya kok jadi merasa sedih yaa lihat si adek. Nggak tahu apa ujug-ujug nenen terasa pahit. Seolah dipaksa untuk segera menyudahi ‘relationship’ indah ini.

Ini sama kayak orang gede pacaran tetiba diputus sepihak.

Sakit?

Normalnya. Itu kan ibarat diputus pas masih sayang-sayangnya 😰 *enggak curhat lho!

Yang saya lihat si adek cenderung terpukul. Padahal menyapih bukanlah kompetisi siapa yang lebih dulu berhasil kan?

Pun untuk menjadi ibu.

Bukan tentang anak siapa yang lebih unggul dibanding anak siapa tapi pada dasarnya menjadi ibu adalah kompetisi si ibu dengan dirinya sendiri. Dengan amarah yang cepat berkobar pas capek tapi si dia malah rewel, ketika ngantuk parah malah dia-nya nggak bobok juga dan pas pingin belanja tapi nggak ada duit kita tetep harus selalu tersenyum.

Semacam itu.

Spesial nih buat diri saya yang masih dapat banyak nilai merah.

Ya tak lain karena seorang ibu adalah role model. Susah. Eh, kok jadi panjang sih. 😁

Nah, yang saya lakukan untuk mempersiapkan masa sapih adalah,

Pardon my face! LOL. Kita sama-sama loyo.  

Oh iya, saya jadi ingat kalau dulu punya angan untuk melakukan #WWL.

Itu lho Weaning With Love. Proses menyapih yang tanpa oles pahit-pahit. Bukan ibu yang menyapih anak tapi anak yang menyapih ibu. Kita tunggu sampai anak siap lepas dari nenen.

Oya,

1. Komunikasi

The power of sounding. Saya sempat memandang remeh kiat ini.

Pernah saya tulis di Tips Liburan Happy Ending Bersama Si Kecil.

Apa sih efektifnya ngomong sama anak bayi tentang maksud kita?

SALAH.

Ternyata walau belum bisa ngomong dengan kosa kata sebanyak yang orang dewasa kuasai tapi bayi tetap paham maksud kita.

Kita marahi dia tahu. Kita sayangi dia paham. Kita ajak main dia ngerti. Bahkan saat masih ada di perut.

Itulah. Mungkin karena bayi ya sama seperti kita, orang dewasa, bayi memiliki perasaan.

Dan, pada akhirnya saya buktikan sendiri. Pertama pas susah makan. Alhamdulillah tanpa jampi apapun ia mau makan dengan lahap hingga dua bulan berturut-turut naik 400 ons. Mayanlah buat ukuran anak yang sudah banyak tingkah.

Jadi sebelum masuk usia sapih otaknya sudah saya ‘cuci’. 😈

“Dek, adek udah besar. Bentar lagi nggak mimik nenen yaa. Mimiknya ganti jus, air putih, susu kotak blahblah.”

Jangan bosan yaa buat ulangi lagi ulangi terus ulangi dan ulangi. Lama-lama dia pun paham.

2. Bikin kenyang

Kalau kenyang kemungkinan nenen sih minim coz di pikiran bayi sudah terlanjur tertanam, ‘Ketika lapar, aku nenen lalu aku kenyang.’

Nah, mindset *cie mindset ini perlahan harus digeser ke arah, ‘Kalau lapar aku harus makan bukan nenen.’

Balik lagi deh ke ‘the power of sounding.’

3. Sedia air putih pas tidur

Iya sebagai alternatif kalau dia bangun karena haus.

Kebetulan sih anakku udah bisa menyebutkan apa kemauannya. Mau minum apa sudah bisa bilang, air putih atau susu kotak.

Kenapa saya memilih air putih dan bukan susu atau teh misal? Kan yang  netral. Soalnya kita nggak perlu misahin kalau dia kecanduan sama si air putih.

Kalau teh dikhawatirkan dia maunya teh terus. Sama juga dengan susu. Takutnya dia nggak mau kalau bukan susu.

Lagipula, teh dan susu sama-sama manis. Saya sih males habis minumin terus berangkat ke kamar mandi untuk gosok gigi.

Nggak bisa balik tidur kacau dong.


4. Temani pakai mainan favorit

Setiap anak pasti punya benda favorit. Entah bantal dengan sarung bergambar Hello Kitty. Entah boneka dengan karakter tertentu. Pasti ada sih.

Biasanya mainan dipakai untuk mengalihkan perhatian.

5. Observasi

Ini susah-susah gampang diomongin. Pokoknya sebagai ibu naluri kita deh yang jalan.

Kalau di saya sih dari pengamatan, sebenarnya dia minta nenen hanya untuk mainan. Maksudnya dia kangen pas lagi manja-manjaan. Pas dia nenen, dia merasa disayang.

Jadi,

6. Subtitasikan kasih sayang

Mungkin dengan mencium sesering mungkin. Dengan memeluk erat lebih lama. Hal-hal yang bikin dia merasa masih disayang walau sudah nggak dikasih nenen.

Oya, saya dulu pernah ngomongin pingin menggunakan metode #WWL tapi nyatanya tetep dikasih oles, ya bukan paitan sih soalnya masih ada rasa nggak tega juga.

Tapi tetep aja di kasus saya, kita sebagai ibu yang menyapih. Sungguh melenceng jauh dari konsep #WWL.

Alasannya karena belakangan saya sadar bahwa nggak ada satu pun metode yang sempurna, semua tetep balik lagi ke si anak, apa sih yang sebenarnya diperlukan anak.

Ini sama kayak, anak umur belum enam bulan yang dikasih sufor karena kurva BB di KMS-nya turun, karena ASI sudah nggak bisa mengejar ketertinggalan BB yaa dari sufor lah kita ambil cara supaya BB-nya kembali normal.

Di saya, bisa sih dia saya nenenin sampai lepas sendiri. Tapi masalahnya, dia jadi nggak doyan makan.

Saya nggak boleh egois dong, ngasih sesuatu yang nggak bisa mengkover kebutuhan dia hanya demi sebuah idealisme diri terhadap satu metode.

Kemarin dikasih lampu ijo juga kok sama dokter.

“Masa menyusui nggak boleh didiskon kecuali karena terus-terusan nenen bikin dia nggak doyan makan.”

Jadi gitu sih. Kalau saya, lakukan apapun yang sekiranya baik karena setiap orang tua pasti selalu menginginkan yang terbaik buat anak tapi jangan lupa untuk ‘minta ijin’ karena anak juga punya perasaan.😊

*curcolan ditulis pas hari pertama menyapih, kurang lebih 2weeks ago ^^

0 thoughts on “Tips Menyapih Happy Ending”

Leave a Comment