Perencanaan Keuangan dan Manfaat yang Aku Rasakan

Belum lama ini ada yang curhat sama aku. Dia bingung gimana ya cara atur duit biar bisa cukup.
Enggak heran, pandemi gini cari duit makin susah sementara kebutuhan jalan terus. Dia punya cicilan dan sudah beberapa minggu kembali dirumahkan. Mau cari kerja ga ada yang buka lowongan.
Aku sendiri percaya berubah itu bukan saat status kita menjadi seorang tertentu; seorang istri, seorang ibu endebrei.
Berubah berasal dari diri sendiri.
Aku sendiri kadang merasa takjub sama diriku. Dulu aku boros banget. Uang gaji selalu habis sebelum gajian bulan berikutnya. Tabungan nggak punya. Sepeser pun.
Titik balik perubahan sikapku adalah rasa malu yang muncul dari dalam diriku.
Malu banget, kerja selama itu nggak menghasilkan apapun. Sementara suamiku, keren lho dia bisa beli beberapa barang berharga.
Tapi itu nggak seketika mengubahku menjadi sosok yang lebih hemat sih. Baru setelah melihat sendiri, suamiku bikin rumah dalam waktu satu tahun. Rasanya kayak ketampar.
Yang jadi poin perhatianku, dia bisa menabung sesuai dengan target yang ia buat. Kemampuan mengendalikan diri atas uangnya baik bgt.
Kemudian aku lihat diriku. Iya ya, selama ini aku dikasih uang sama dia. Uang jajan yang terpisah dengan uang belanja dalam jumlah yang waow lumayan. Habis dong. Yakin tambah malu rasanya.

Kenapa Aku Nggak Bisa Nabung?

Terletak pada bagian dasarnya. Aku sama sekali tidak mendapat pelajaran finansial dari orang tuaku. Sementara suamiku, dia punya sosok sebagai contoh bagaimana memperlakukan uang secara bijak.
So, ini mendorongku untuk mempelajari ilmu finansial agar aku bisa mengajarkannya pada anakku sedini mungkin.
Akhir tahun 2019, aku menang giveaway yang diadakan sebuah lembaga perencanaan keuangan independen. Salah satu benefitnya aku bisa mengikuti banyak kelas keuangan mereka secara gratis.
Setelah ikut kelas pertama tentang blueprint of your money, aku memaksa diriku untuk ngampet mempraktekkan ilmu yang sudah aku dapat. Percuma dong kita ikut kelas ini itu kalau ilmu yang kita dapat sama sekali tidak dipraktekkan. 
So agak tidak menyangka kalau menjelang tutup tahun 2020 ini aku merasakan banyak perubahan baik pada diriku.

Bukan Lagi Budak Diskon

Aku berhasil lepas dari predikat budak diskon yang diriku sendiri sematkan. Saat ada diskon lewat, aku bisa menahan diri untuk nggak beli. Lha wong nggak butuh. Berkali-kali zonk atau kecewa gara-gara membeli sesuatu hanya karena diskon membuatku kapok. 
Menurutku kalau sama diskon saja kita lemah, udah lah bye bye dana pendidikan apalagi dana pensiun.
Ternyata aku baik-baik saja dan aku pun enggak menyesal sama sekali telah melewatkan penawaran tersebut.
Dari tahan napsu terhadap belanja, aku merasa semakin mampu mengendalikan diriku pada nafsu-nafsu yang lain, nafsu makan, nafsu gegoleran sementara kerjaan rumah numpuk endebrei.
Kesimpulanku, ketika kita berhasil menguasai nafsu, kita akan berhasil pula menguasai hal-hal lain.

Bisa Menghargai Barang di Sekitarku

Aku bisa lebih menghargai barang-barang yang aku miliki. Dipakai sampai habis bis bis pokoknya. 
Hmm.. sudah berbulan-bulan lebih enggak belanja skincare. Terakhir beli karena memang sudah habis.

Tidak Menautkan Hatiku pada Benda

Selain itu, aku belajar tidak menautkan hatiku pada benda. Jadi kalau aku dapat barang dari brand yang nggak sanggup aku habiskan, aku nggak eman-eman memberikannya pada orang lain. Dulu mah, rasanya sayanggg. Ujungnya kadaluarsa!

Belanja Berdasar Prioritas dan Anggaran

Bisa borong banyak barang yang dipingin, beli dalam jumlah gede itu kayak puaaas bgt rasanya. Pegang kemasan gede beda rasanya dibanding beli ukuran imut. Tapi kalau ukuran kecil aja cukup ya kenapa harus beli yang besar? Di sini aku belajar kalau belanja itu tentang memenuhi kebutuhan, bukan untuk kepuasan sesaat. Jadi penting memikirkan prioritas dan anggaran.

Hidup Secukupnya, Banyakin Nabung

Belajar downgrade lifestyle. Apalagi setelah menonton acara Daniel Mananta yang menghadirkan Maia Estianty sebagai bintang tamunya. Setelah melihat acara tersebut, aku yakin, orang kaya itu jadi kaya karena berjuang. 
Sekarang aku meniru gaya hidup mereka. Jadi saat mereka memenuhi kebutuhan misalkan sejuta, itu artinya ada puluhan juta yang telah mereka hasilkan. Jadi mereka hidup dengan uang secukupnya tapi nabungnya dibanyakin.

Mindset Nggak Mau Rugi

Punya mindset apa yang aku keluarkan (waktu untuk nonton drakor) haruslah menghasilkan (blogpost atau konten).
Aku merasa aku peka terhadap peluang. Kemampuan adaptasi kita naik saat keadaan susah termasuk pandemi saat ini. Tapi lucu juga, karena ini sebanding dengan semangatku yang kayaknya makin bergelora untuk lebih menghasilkan.
Kembali pada pertanyaan, gimana ya cara enggak boros? Aku pribadi, memulai dengan sadar. Sadar kalau nggak ada uangnya ya nggak bisa beli. Kalau tidak dianggarkan ya tidak dibeli. Jadi meski punya uang tapi enggak ada anggaran untuk itu, artinya tidak beli. Pertama sih, paksa diri sendiri, kejam. Nanti juga terbiasa.
Meski menabung itu penting tapi kita nggak boleh lho lupa untuk senang-senang, mengapresiasi diri kita karena sudah berjuang. Aku pernah menulis blogpost tentang tips jajan mahal tanpa merusak budget.
Hidup itu harus seimbang. Hehe..

Leave a Comment