Tentang Rasa

Kejadian ini udah lama yaa.. sekitar tahun 2012 kalau nggak keliru.

Tapi kususah move on. πŸ’ƒ

Apalagi kalau berada di pihak yang menang gini.

Walau bukan itu sih yang bikin susah beranjak tapi karena kutakjub sama takdir Tuhan.

Karena dialog kita selama ini dijawab oleh -Nya dengan sama persis.
*

Kemarin sewaktu di mantenan teman tetiba dia duduk di sampingku.

Aku sekedar ‘ohh’ sih tapi yaa agak kaget nggak nyangka kok pertemuan kita bisa se-ekstrim itu.

Hahaha.

Kujamin, dia nggak tahu kalau yang lagi mainan hape adalah aku.

Selama dua jam duduk berdampingan blas tak ada sepatah pun yang keluar dari mulut kami.

Sebetulnya aku pingin ngobrol sih atau paling tidak saling sapa karena buat apa diem-dieman tapi aku kan tipe pendiam yang susah memulai obrolan, terlebih pada orang dengan track record yang menyayat hati kayak dia. 🐢🐢🐢

Di rumah diriku pun jadi bulan-bulanan suami.

“Pertama dalam sejarah sepasang musuh lama duduk dekat-dekatan blahblah,” oloknya.

Lalu dia cerita kalau tadi ngobrol dikit. Yang bikin ku heran kenapa yaa rasa cemburu buta ini menguap dengan sendirinya.

Dulu, yang namanya dengar cerita dia papasan di jalan aja rasanyaa wih api cemburu langsung berkobar. Cemburu pada sesuatu yang nggak nyata. Cemburu pada masa lalu. Sampai suami betek aku ngambek pada hal remeh padahal kita sudah menikah, melelahkan, meski di sisi lain itulah alasannya mencintaiku πŸ˜πŸ˜™

Lalu aku berfikir apa ini yang disebut pendewasaan rasa yang pingin kutulis tapi belum sempat-sempat. 😜

Sebenarnya siapa sih ‘dia’ ?

Ahh nanti juga tahu. 😝

Sudah gitu doang curhatnya.. 😜 Intro kan singkat biasanya yaa..

Leave a Comment