Tips Menghadapi Anak Malas Sekolah Setelah Libur Panjang

Anak malas sekolah rasanya menjadi masalah yang wajar dihadapi orang tua yang menyekolahkan anaknya di usia dini.

Ada banyak sebab yang menjadikan anak malas ke sekolah, bisa jadi karena lingkungan sekolah yang terasa asing, adaptasi yang belum sepenuhnya berhasil atau anak yang memiliki kemandirian kurang.
Memiliki anak dengan karakter pemalu sempat membuat saya frustasi. Tapi di sisi lain, hal ini membuat saya punya banyak pengalaman terkait cara menghadapi anak yang malas berangkat ke sekolah.
Hari pertama berangkat sekolah seusai libur panjang adalah salah satu momen yang membuat hati berdebar. Khawatir menghadapi aksi mogok sekolah adalah satu-satunya alasan 🙂 
Maka saya akan melancarkan berbagai macam strategi, diantaranya :

1. Sounding

Kalimat ini idealnya dikatakan menjelang hari libur. Saya akan mengatakan padanya, “Besok libur panjang tapi setelah libur selesai, sekolah lagi ya!”



Responnya kadang dengan semangat membeo ucapan ibu guru tentang pengumuman hari pertama masuk sekolah. 
Tapi tidak jarang akan selalu dibalas dengan satu kalimat, “Enggak mau sekolah!”

2. Ulangi sounding

Ketika liburan hampir habis, saya kembali mengingatkan padanya bahwa tidak lama lagi sekolah masuk. Kata sebentar lagi di sini, selalu saya perjelas dengan keterangan waktu, misal nih, “Masuk sekolah hari Kamis, tanggal 2.” Saya menjelaskan padanya, “Hari ini hari Selasa, besok Rabu, kemudian Kamis, nah hari Kamis masuk sekolah.”

Alasannya,seumuran anak saya (4 tahun awal) masih belum mengerti konsep lama, sebentar, sedikit, banyak dlsb. Baginya hal ini masih abu-abu. Jadi kalau ngomong sama anak balita sebaiknya pakai konsep ‘ya-tidak’.

Pun berlaku saat ia menginginkan makanan tertentu, boleh atau tidak bukan boleh tapi sedikit. Ya, siapa yang bisa menjamin sedikit menurut saya dan sedikit menurut dia bisa sama? (saya lupa nemu dimana, tapi kalau nanti ketemu bakal saya update ya)

Hal-hal yang harus diperhatikan saat melakukan sounding pada anak

  • Memperhatikan Intonasi

Berdasar pengalaman pribadi, ketika saya menginginkan anak melakukan suatu hal dengan intonasi seperti orang ngamuk, dia akan meresponnya dengan nada yang sama : ngamuk. Jadi intonasi benar-benar harus saya perhatikan.

  • Perhatikan Pemilihan Kalimat

Kemampuan anak dalam memahami kalimat orang dewasa masih terbatas. Oleh sebab itu, kita sebagai orang dewasa harus bisa memilih kalimat pendek namun efektif. Kalau hal yang ingin diutarakan panjang, kita bisa memotongnya menjadi 3-4 kata (menyesuaikan usia dan kemampuan anak) menunggunya hingga paham. Setelahnya, baru dilanjut deh. 

  • Mencari Celah

Melakukan negosiasi bersama anak bukan mencari siapa yang kalah siapa yang menang.

Dari pak Tung Desem Waringin, tentang kisahnya menjadi orang tua yang efektif, akan lebih bijak bila kita fokus mencari winwin solution.

Kadang kala terjadi negosiasi alot, masing-masing kekeuh dengan keinginannya, maka saya akan berusaha mencari celah untuk melumerkan hati anak saya.

Kadang, anak sudah terlanjur malas sekolah, lalu?

Setiap masalah pasti ada penyebabnya, jadi ya amati dulu apa penyebabnya baru deh melangkah pada mencari solusi. 

  • Do and Dont’s Ala Saya

Saya selalu wanti-wanti pada diri saya, saat membuat kesepakatan bersama anak jangan sampai membuat diri anak menjadi seseorang yang money oriented. Nurut melakukan sesuatu asal dikasih hadiah. Naudubillah. Jadi selalu berusaha menjelaskan sebuah proses berserta prakteknya bagaimana berjuang dulu sebelum mendapatkan sesuatu. Bersakit-sakit dahulu baru senang-senang kemudian. Bukan sebaliknya. 

Malam itu, saya mengingatkan kembali padanya kalau besok harus sekolah, diselingi candaan kalau bohong berarti bakal ibu kelitikin. Sambil ngekek kita berdua unyel-unyelan. Alhamdulillah, paginya ia sekolah dengan happy 🙂

Itulah beberapa hal yang saya lakukan terkait menghadapi anak yang malas berangkat sekolah.

Leave a Comment