Artikel ini berisi hal-hal yang terjadi saat anak usia paudku belajar dari rumah. Ada saja tantangannya.
Masalah yang Dihadapi Orang tua Saat Menemani Anak Belajar dari Rumah
Anak yang rasanya sulit diajak disiplin
Kok rasanya anak nggak nurut ya, beda rasanya kalau yang kasih perintah ibu guru di sekolah.
Apa ini seperti hubungan menantu dan ibu mertua? Mantu kalau sama ibu mertua biasanya ok ok aja, ya kan? Tapi kalau sama ibu kandung ada ngeyel-ngeyelnya dikit hehehe.
Anak yang cepat bosan tapi belum bisa bebas main-main seperti sebelum pandemi
Cukup terharu karena anakku sering mengeluh, bosan di rumah, pingin main di mall, pingin main njot-njotan (trampolin kayak di emol-emol), pingin mainan kayak di sekolah.
Tapi ibu ya cukup ketar-ketir jadi keinginannya untuk main dengan terpaksa dibatasi.
Hiks.
Ibu kecapekan
Pilih mana, kerja lembur di kantor atau seharian nemenin anak tanpa jeda?
Baru sejam dua jam kalau aku udah capek lho Bu nemenin anak tuh.
(BUKAN BERMAKSUD TIDAK BERSYUKUR)
Energi mereka memang amazing. Nah, ini udah setengah tahun lebih ya bareng-bareng terus nggak terasa.
Ibu kehabisan ide belajar dari rumah
Satu hal lagi yang biasanya bikin ibu seolah pingin melambai ke kamera, kehabisan ide!
Solusinya sih cari-cari di internet atau blogger-blogger yang memang sering sharing soal mainan buat anak, kayak Grace Melia.
Tinggal ibunya nih, telaten nggak nyiapin segala printilannya. Hayoloh.
Merasa nggak punya mainan
Nah, ini pernah aku rasakan gara-gara lihat ibu-ibu selebgram foto sama anak dengan mainan komplit udah kayak TK padahal cuma di rumah.
Aish beda kasta memang. Anakku biasanya main begitu kalau lagi di mall atau taman bermain tapi kan belum boleh gara-gara kakak Ronaa.
Hmm walau begitu, tapi aku cukup salut sama diriku. Alhamdulillah sudah bertahan sejauh ini dan setidaknya berhasil mendisiplinkan si kecil, contohnya :
- Ia nurut tidur siang no drama no nangis no jerit-jerit.
Iya aku pernah berhasil bikin anak bobok siang minim drama. Kuncinya cuma di skill komunikasi kita.
Aku katakan ‘pernah’ karena menjelang usia 5 tahun, dia sudah aku bebaskan untuk nggak tidur siang.
Alasannya, kalau tidur siang dia bisa melek sampai jam 11 malam. Aku yang nggak kuat. Sedangkan kalau tidur siang, seenggaknya jam 9 sudah ngantuk kadang jam 8 sudah klipuk.
- Anak bisa makan tepat waktu sejumlah target hehe.
Yah walaupun harus ngalah nyuapin, gpp ya? Goals-nya mau makan dulu ðŸ˜
- Anak main hape sekaligus tahu batasan.
Jadi anakku kalau main hape hanya di jam-jam tertentu. Dulu sih waktu dia masih kecil, masih bisa sembunyiin hape supaya dia nggak liat.
Tapi makin hari anaknya makin gede jadi udah nggak mempan.
Aku dan dia bikin kesepakatan kalau dia hanya boleh buka hape di jam khusus. Alhamdulillah anaknya mau. Ya daripada ga dikasih kalau nggak nurut ya kan hehe.
Bukan, bukan ibu jahat nak, tapi soal tahu batasan ini bakal kepakai sampai kamu besar (((barangkali dibaca dia kalau udah gede ntar))).
Anakku boleh main hape setelah makan siang. Peraturan ini bisa saja dibuat, boleh lihat hape setelah beres ngerjain tugas dari sekolah.
- Anak main tapi Maghrib tetep langsung pulang.
Yah pokoknya selalu wanti-wanti, boleh main tapi magrib pulang, boleh main asal udah mandi sama makan, dan kalimat-kalimat sejenis.
Itu dia pengalaman pribadiku membuat anak tetap disiplin meski belajar dari rumah. Intinya beri anak kebebasan yang bertanggung jawab.
Selain menerapkan hal-hal di atas, aku juga sering mengamati tetangga sebelah yang anaknya bisa disiplin banget.
Cuma melihat dari luar sih, tapi aku yakin anak adalah cerminan orang tuanya.
Anak Nurut, Begini Caranya
Orang tua sebagai contoh
Nggak heran kalau anaknya patuh gitu, orang tuanya saja disiplin banget Masya Allah. Huhuhu. Anak tetangga sebelah setiap main selalu dalam keadaan rapi dan wangi plus hanya di jam-jam tertentu yaitu cuma sore hari.
Anak diberi kebebasan yang beraturan
Nah, sudah kusinggung sebelumnya, kebebasan yang beraturan memang penting banget dipaksakan sejak kecil.
Boleh main setelah mandi, bukankah itu kebebasan yang beraturan?
Support system yang mendukung
Anakku bisa tidur siang karena di rumah hanya ada kami berdua. Enggak tahu deh kalau ada saudara main atau misal satu keluarga ada 2 anak-anak. Nggak tahu.. Jadi kalau anak kita kok nggak bisa seperti anak lain, bukan anak kita yang selalu keliru bisa jadi karena keadaannya memang nggak sama.
Teman dengan karakter positif yang mempengaruhi
Karakter teman kita bagaimana, sedikit banyak bisa ngaruh ke kita kan? Apalagi anak kecil yang belum punya prinsip kuat.
Nah, siapa temannya memang mempengaruhi kepribadiannya. Tapi, hasil akhirnya tetep kok orang tua sebagai pusat kendali anak. Kita nggak bisa sekarang dan selamanya ketemu sama yang baik-baik. Lha wong aku pun penuh dosa. Tapi seenggaknya kita sebagai orang tua bisa selalu kasih nasehat tentang hal baik. Naini, beratnya jadi orang tua.
Menjadi orang tua anak masih balita, menurutku wajib banget untuk set ekspektasi, jangan muluk-muluk. Apalagi dengan suasana pandemi seperti ini yang pastinya membutuhkan banyak adaptasi.
Kalau aku pribadi daripada mengejar hal-hal yang sifatnya prestasi akademik, lebih mementingkan sikap dia deh, seperti disiplin, sopan santun dlsb.
Begitulah pengalamanku bersama anak selama pandemi. Ambil yang baik buang saja yang buruk.
Mumpung saya belum menikah, baca2 pengalaman serta ilmu parenting gini bikin berfikiran terbuka ya mbak, hehe